Saya yakin Anda tahu penyakit ‘menyeramkan’ bernama AIDS, penyakit akibat
terjangkit virus ganas bernama HIV. Penyakit yang konon susah untuk diobati.
Namun ternyata VCO diyakini dapat membantu mengatasinya.
Baiklah kita kupas
dahulu tentang VCO…
Anda pasti tahu
tentang VCO. Virgin Coconut Oil. Yakni minyak kelapa asli, yang diproduksi
hanya dengan mengendapkan santan kelapa. Sebuah proses yang sangat sederhana
dari buah yang sangat familier bagi kita masyarakat Indonesia, yakni kelapa.
Tetapi jarang orang
yang tahu bahwa, VCO, memiliki sejarah panjang, berabad-abad lamanya, dan
dipercaya menjadi obat alternatif untuk banyak ragam penyakit.
Ini dia rangkuman
perjalanan VCO, dari 3.900 sebelum masehi, hingga tahun 2000-an, dari berbagai
sumber:
Para leluhur kita,
sejak berabad-abad lamanya ternyata tahu bahwa di dalam daging kelapa dan
airnya sangat menyehatkan. Lemak dalam VCO tidak tertimbun di dalam tubuh
manusia dan membuat sumber penyakit, tetapi lemak VCO mudah terbakar dan
menimbulkan efek yang luar biasa bagi tubuh manusia.
Pada tahun 1945-an,
VCO kembali menjadi kabar dunia, karena komoditi ini sangat diunggulkan di Asia
-- Pasifik. Pada Perang Dunia II, air kelapa digunakan untuk mengkompres para
prajurit yang terluka, dan tentu menyelamatkan ribuan nyawa manusia.
Setelah perang mereda,
di Amerika dan Inggris, kelapa kemudian diolah menjadi margarine, dan menjadi
komoditi pangan di kleas elite di Eropa. Karena ketakutan akan moncernya VCO,
maka banyak kalangan investor menyerukan agar dihentikan penggunaan minyak
goreng dari negara tropis ini diganti dengan minyak jagung atau kedelai. Tentu
dengan menghembuskan isu negatif, bahwa di dalam minyak goreng kelapa menjadi
penyebab tumbuhnya penyakit berat, seperti jantung, diabetes, dan kolesterol.
Perang terhadap minyak kelapa ini bahkan
terus dilakukan hingga tahun 1954, dan tahun 1965. Dimana banyak peneliti
dikerahkan untuk memberi kesimpulan bahwa minyak kelapa asal negara tropis
harus dihindari, karena lemaknya mengakitakan penyumbatan arteri dan
memicu penyakit jatung. Amerika Serikat,
bahkan mempropagandakan, minyak kelapa sebagai minyak jahat. Protec dan Gambler
meyarankan agar American Heart Association untuk menghndari minyak kelapa dari
daftar diet. Kampanye ini mencapai puncaknya tahun 1984, di mana The New York
Times, menyebut, mereka harus menghindari minyak kelapa asal Malaysia dan Indonesia, meski harganya murah
tetapi menjadi sumber penyumbatan pembuluh darah. Sedang National Cholesterol
Education Program, menyatakan, minyak kelapa dan kelapa sawit harus dihindari.
Propaganda ini
berhasil mendunia, mengubur hasil "riset" nenek moyang terdahulu,
yang menyatakan minyak kelapa murni (VCO) adalah penyembuh ajaib.
Sampai akhirnya
muncullah Prof. Dr. Bambang Setiaji, seorang dosen dan peneliti dari Fakultas
MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, yang menyatakan bahwa VCO adalah
The Kings, bahkan VCO bisa mengatasi leukimia, HIV dan AIDS.
Di Indonesia, uji
klinis terhadap VCO, kemudian banyak dilakukan oleh para ahli. Salah satunya
peneliti asal LIPI Dr. Joko Sulistiyo.
Pada seekor mencit (
tikus ) kadar kolesterol mencit yang diberi VCO 50 mikroliter turun 9
mg/dl pada hari ke- 28. Melorotnya kolesterol itu juga diimbangi oleh naiknya
HDL ( yang dikenal sebagai kolesterol baik ) pada hari ke-13.
Ini tentu sebuah
kesimpulan yang hebat, karena VCO memperkecil risiko beragam penyakit seperti
serangan jantung dan arteriosklerosis ( seperti ditulis oleh Majalah
Trubus ).
Riset secara klinis efek kolesterol ekstrak Cocos nucifera juga diteliti oleh K.G. Nevin dari Department of Biochemistry, University of Kerala, India.
Riset secara klinis efek kolesterol ekstrak Cocos nucifera juga diteliti oleh K.G. Nevin dari Department of Biochemistry, University of Kerala, India.
Nevin menemukan VCO
tak meningkatkan kolesterol dalam darah, justeru melindungi jantung. Sebabnya,
VCO mampu meningkatkan kolesterol baik dan mengenyahkan kolesterol jahat.
Penelitiannya
melibatkan 3 kelompok tikus masing-masing 6 ekor. Selama 45 hari seluruh tikus
percobaan itu diberi minyak kacang 8 g/100 g bobot tubuh sebagai kontrol,
minyak kelapa asli 8 g/100 g, dan VCO 8 g/100 g.
Pada hari ke-46 hewan
percobaan dipuasakan selama satu malam sebelum diinjeksi mati dengan
menggunakan sodium pentatonat.
Serum jaringan darah, hati, ginjal, dan jantung dianalisis kadar lemaknya. Caranya, sebanyak 500 mg jaringan darah dihomogenisasi dengan kloroform dan metanol, perbandingan 2:1, lantas dicampur dengan 0,02% kalsium klorida. Setelah diaduk dan didiamkan. Minyak menyambung di bagian atas. Airnya diserap menggunakan teknik evaporasi agar menjadi bubuk kering.
Dari situlah total kolesterol, trigliserida, dan fosfolipida.
Hasilnya nilai kolesterol di jaringan darah tikus pengkonsumsi VCO 17% lebih rendah dibanding minyak kacang dan minyak kelapa. Bahkan, pada jantung dan hati, total kolestrolnya 23% dan 30%, lebih rendah dibanding minyak kacang dan minyak kelapa.
Serum jaringan darah, hati, ginjal, dan jantung dianalisis kadar lemaknya. Caranya, sebanyak 500 mg jaringan darah dihomogenisasi dengan kloroform dan metanol, perbandingan 2:1, lantas dicampur dengan 0,02% kalsium klorida. Setelah diaduk dan didiamkan. Minyak menyambung di bagian atas. Airnya diserap menggunakan teknik evaporasi agar menjadi bubuk kering.
Dari situlah total kolesterol, trigliserida, dan fosfolipida.
Hasilnya nilai kolesterol di jaringan darah tikus pengkonsumsi VCO 17% lebih rendah dibanding minyak kacang dan minyak kelapa. Bahkan, pada jantung dan hati, total kolestrolnya 23% dan 30%, lebih rendah dibanding minyak kacang dan minyak kelapa.
Nilai trigliserida pada darah tikus pengkonsumsi VCO juga menunjukkan 46% lebih rendah dibanding kontrol minyak kacang dan pembanding minyak kopra.
Kandungan-kandungan
lain dalam minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) seperti asam
laurat, asam kaprat, asam kaprilat, dan asam kaproat terbukti efektif sebagai
antivirus, antibakteri, antidiabetes, antiobesitas, bahkan antikanker. Sayang,
masih banyak orang ragu meminum minyak kaya manfaat itu.
Adalah Prof. Dr.
Bambang Setiaji, Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yang membongkar
kembali "harta karun" peninggalan nenek moyang, berupa obat herbal
bernama minyak kelapa murni, Virgin Coconut Oil (VCO) tahun 2004 lalu.
Maka orang di seluruh
penjuru dunia seolah terguncang. Semua berburu VCO untuk kesembuhan dari
berbagai macam penyakit.
Yang lebih heboh,
ternyata VCO juga bisa mengobati penyakit leukimia atau AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) dan HIV (human immunodeficiency virus).
Ini yang mempengaruhi
dunia kesehatan dan para ahli geregetan, dan melakukan serangkaian penelitian.
Dan tidak terbantahkan bahwa minyak kelapa murni itu, memang "harta
karun" yang terpendam berabad-abad lamanya, dengan kekuatan khasiatnya
mampu mensihir ahli pengobatan di berbagai belahan dunia. Karena
keragaman fungsi yang terkandung dalam VCO, tersebut.
Untuk menemukan
kembali " kitab kuno " khasiat minyak kelapa murni, Prof. Dr.
Bambang Setiaji, MSc menjalankan laku prihatin melakukan penelitian selama 10 tahun.
Maka, di kediaman Prof. Dr. Bambang Setiaji di Desa Kranggan, Kecamatan Galur, Kulonprogo, Yogyakarta, menjadi tonggak sejarah berkibarnya nama VCO, dan di padepokannya itu pula sang dosen Fakultas MIPA UGM Yogyakarta, ini terus kebanjiran tamu baik domestik maupun asing.
Dengan teknik pengolahan yang sederhana, model diendapkan dan disaring, maka terciptalah minyak kelapa murni alias VCO. "Keunggulannya, minyak ini masih utuh artinya tidak ada senyawa yang hilang dalam minyak kelapa itu, warna minyak lebih jernih dan bisa awet sampai lebih dari lima tahun, " ujar Bambang Setiaji, kepada media televisi nasional SCTV, seperti juga dikutip sebuah situs tentang VCO, di tahun 2004 lalu.
Bambang Setiaji, juga meyakinkan, bahwa minyak kelapa murni mampu membunuh berbagai virus penyakit degeneratif dan pelarut kolesterol. Virus HIV, hepatitis, dan leukimia. VCO tidak dapat larut dalam air karena terselubung semacam asam lemak jenuh (lipid). Nah, asam laurat pada minyak kelapa murni-lah yang bisa menembus serta mematikan virus.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian VCO secara teratur dapat menurunkan risiko
terinfeksi HIV atau AIDS. "Kini negara-negara maju mengembangkan minyak
kelapa untuk mematikan virus HIV," tambah dosen dan pengelola Laboratorium
Fakultas Kimia Fisika Universitas Gadjah Mada itu.
Belum lagi manfaat di
bidang kesehatan, kecantikan, dan penyakit kulit serta tulang, yang selama ini
sudah banyak dihasilkan oleh sejumlah journal kesehatan.
Maka, kita layak
berterimaksih kepada para peneliti yang jujur yang telah mengangkat kembali
warisan leluhur tentang kehebatan VCO.***
Salam Pak Dhe Gondo dari kompasiana
*Sumber Referensi,
liputan6.com, Majalah Trubus, situs-situs VCO, dok. Bambang Setiaji,
metrotvnews.com, dll )
Saran:
Setiap keluarga hendaknya menyediakan minimal 1 botol minyak VCO. Anda dapat memperoleh Minyak VCO dengan kualitas terbaik yang sudah di ekspor ke berbagai negara, Silahkan order VCO disini.
jika Anda mengobati penyakit karena virus, sebaiknya dikombinasikan dengan pengobatan luar tubuh dengan cara membalurkan Minyak Terapi Oesada.